Namaku Fatimah, teman-teman biasa memanggilku imah. Aku lahir dari keluarga sederhana di sebuah desa yang sangat jauh dari kemajuan. Akses ke desaku pun terbilang susah, perlu 8 jam perjalanan menggunakan mobil. Tak usah membayangkan jalur udara, pesawat telepon pun masih langkah ditempatku. Sekarang aku berstatus mahasiswa, alhamdulillah berkat bantuan pemerintah.Begitulah aku,punya mimpi besar untuk jadi sarjana muda walau kadang kondisi keluarga tak memungkinkan untuk itu.Yang benar saja,untuk lauk sehari-hari pun kadang gak ada,apalagi mau jadi sarjana muda, Gak mungkin sepertinya.
Namun,a ku tak kehabisan akal, yang ada dipikiranku adalah bagaimana aku bisa mewujudkan mimpi itu. Aku terkenal sebagai pemburu beasiswa, bagaimana tidak? Karir pendidikanku semuanya berkat beasiswa. Alhamdulillah, saat itu rezeki itu terus mengalir, sampai detik ini hingga aku benar-benar bisa merasakan atmosfer perguruan tinggi,sekitar 2 tahun lagi aku akan jadi sarjana muda.Aamiin
Bapakku seorang petani, begitu juga ibuku. Sehari-hari mengais rizki diladang dan kebun milik sendiri,a lhamdulillah cukup untuk hidup sehari-hari. Kalau hasil panen tak mencukupi bapakku terpaksa berhutang sama tetangga untuk mengirimiku uang saku untuk kuliah. Sedih memang, karena sampai sekarang aku belum bisa mandiri. Karena alasan biaya akupun memutuskan untuk pulang kampung hanya menjelang hari raya saja.
Sudah hampir 18 tahun aku hidup, namun tak pernah kudengar keluh itu dari mulutnya, begitulah bapak di depanku. Walau hidup dengan keadaan seadanya, makan seadanya, pakaian seadanya tapi sekalipun aku tak pernah dengar sedikitpun ia mengeluh. Lebaran kemarin aku benar-benar merasa bersalah padanya. Seperti kebiasaan lebaran pada umumnya, semua orang sibuk mencari baju baru untuk dipakai di hari kemenangan, namun tidak dengannya.Karena aku tau bagaiaman keadaan keluargaku, aku tak pernah memberanikan diri untuk meminta uang padanya untuk membeli baju baru. Masih ada tabungan sisah uang beasiswa kemaren,kupakai saja yang itu, "gumamku dalam hati".
Saat lebaran tiba, seperti biasanya kami sholat idul fitri bersama,dan saat pulang kami barulah bermaaf-maafan. Sesampainya dirumah, bapak sudah ada dikursi ruang tamu menunggu kami semua pulang. Karena bapak sudah pulang duluan. Di perjalanan pulang sholat dari masjid menuju rumah, aku selalu saja terpikir dengan bapak,mungkin inilah saatnya aku minta maaf sama bapak,karena selama ini aku sudah menyusahkan bapak. Aku bergegas pulang kerumah.
Sesampainya dirumah, aku langsung menarik tangan bapak, lalu kucium tangannya sambil berkata "pak,maaf ya pak, maafin imah, imah banyak salah sama bapak, imah belum bisa mandiri pak, imah masih nyusahin bapak, maafin imah pak ya?" airmataku pun tak tertahan.
"ya imah,bapak juga minta maaf ya kalau bapak gak bisa bahagiakan kamu, kasih kamu pendidikan yang terbaik,uang yang banyak" ucap bapak dengan suara lembutnya.
"nggak pak,imah yang minta maaf" ucapku.
sampai akhirnya aku melanjutkann maaf-maafan dengan mamak dan kakak perempuanku.
Setelah acara maaf-maafan kami makan bersama-sama. Tak ada rendang,kua opor, dan ketupat dimeja makan,Sama seperti tahun-tahun sebelumnya,sayur nangka dimasak dengan santan ditambah telur goreng sudah istimewa bagi keluarga kami.
"makanlah imah,makan yang banyak biar kau tak kurus. Kuliahmu kan susah,banyak tugas. Nah makanlah imah" ujar bapak sambil menaruh telur dadar kesukaanku kedam piring didepanku.
"iya pak,bapak juga harus makan yang banyak, biar tetap sehat,dan nanti bisa menyaksikan imah memakai toga dan jadi sarjana muda pak" tak tahan lagi aku,aku memang mudah sekali menangis,tak bisa kutahan lagi.
"sudah kita makan dulu,habis itu baru cerita lagi" ucap mamak,yang ada di samping bapak.
Kamipun melanjutkan makan bersama hari itu,dalam hati aku berucap "Tuhan,terimah kasih karena rezeki yang kau limpahkan pada keluarga kami,kau beri aku orang tua yang begitu menyayangi anak-anaknya"
Setelah selesai makan, kami melanjutkan kegiatan dengan santai-santai diruang tamu, sembari menunggu tetangga dan kerabat yang akan berkunjung kerumah. Bapak duduk dikursi sambil menonton berita di tv, maklum bapakku senang sekali menonton berita. Aku duduk tak jauh dari bapak sambil memegang hp yang terus berdering karena pesan ucapan maaf dari kawan-kawanku. Kulihat wajah bapak,sesekali aku menatapnya dalam-dalam. Bapak tak muda lagi sekarang, kulitnya sudah mulai keriput, nafasnya sudah terengal-engal. Kasihan bapak, harusnya ia tak lagi bekerja,hanya perlu istirahat saja dirumah."ucapku dalam hati sambil memandang wajah bapak".
Tiba-tiba bapak mengambil remote tv yang ada di meja, mungkin bapak ingin mmengganti channel tv,d an tak sengaja aku melihat baju bapak yang bolong."Ya Allah pak,dihari lebaran pun, kau rela mengenakan baju itu, sementara hari ini aku memakai baju baru." Aku tak tahan melihatnya, aku langsung beranjak menuju kamarku, aku menangis sambil menutup mulutku karena takut bapak dengar.
"maaf pak,maafin imah pak,maaf........."
maaf itu terus terucap dari mulutku,a ku sangat merasa bersalah karena baju baru yang aku kenakan hari itu,sementara aku menyaksikan bapak sendiri pakai baju yang sudah bolong hari itu. Bahkan sampai hari ini setiap kali aku mengingat itu aku tetap saja tak mampu menahan air mataku.
Imah janji pak,imah akan ganti baju bapak, takkan imah biarkan bapak pakai baju itu lagi. Imah janji imah akan belikan bapak baju baru untuk lebaran tahun depan. Do'akan selalu imah pak, semoga imah banyak rezeki dan cepat mandiri sedini mungkin. Sehingga lebaran nanti kita semua pakai baju baru, sayur nangka diganti opor ayam, telur dadar diganti rendang sehingga kebahagian keluarga kita semakin utuh.Meski tanpa semua itupun,kita semua sudah bahagia dan bersukur dengan apa yang ada.
Sekali lagi,imah minta maaf pak.........
Dari :Fatimah
Untuk:Bapak dirumah
Namun,a ku tak kehabisan akal, yang ada dipikiranku adalah bagaimana aku bisa mewujudkan mimpi itu. Aku terkenal sebagai pemburu beasiswa, bagaimana tidak? Karir pendidikanku semuanya berkat beasiswa. Alhamdulillah, saat itu rezeki itu terus mengalir, sampai detik ini hingga aku benar-benar bisa merasakan atmosfer perguruan tinggi,sekitar 2 tahun lagi aku akan jadi sarjana muda.Aamiin
Bapakku seorang petani, begitu juga ibuku. Sehari-hari mengais rizki diladang dan kebun milik sendiri,a lhamdulillah cukup untuk hidup sehari-hari. Kalau hasil panen tak mencukupi bapakku terpaksa berhutang sama tetangga untuk mengirimiku uang saku untuk kuliah. Sedih memang, karena sampai sekarang aku belum bisa mandiri. Karena alasan biaya akupun memutuskan untuk pulang kampung hanya menjelang hari raya saja.
Sudah hampir 18 tahun aku hidup, namun tak pernah kudengar keluh itu dari mulutnya, begitulah bapak di depanku. Walau hidup dengan keadaan seadanya, makan seadanya, pakaian seadanya tapi sekalipun aku tak pernah dengar sedikitpun ia mengeluh. Lebaran kemarin aku benar-benar merasa bersalah padanya. Seperti kebiasaan lebaran pada umumnya, semua orang sibuk mencari baju baru untuk dipakai di hari kemenangan, namun tidak dengannya.Karena aku tau bagaiaman keadaan keluargaku, aku tak pernah memberanikan diri untuk meminta uang padanya untuk membeli baju baru. Masih ada tabungan sisah uang beasiswa kemaren,kupakai saja yang itu, "gumamku dalam hati".
Saat lebaran tiba, seperti biasanya kami sholat idul fitri bersama,dan saat pulang kami barulah bermaaf-maafan. Sesampainya dirumah, bapak sudah ada dikursi ruang tamu menunggu kami semua pulang. Karena bapak sudah pulang duluan. Di perjalanan pulang sholat dari masjid menuju rumah, aku selalu saja terpikir dengan bapak,mungkin inilah saatnya aku minta maaf sama bapak,karena selama ini aku sudah menyusahkan bapak. Aku bergegas pulang kerumah.
Sesampainya dirumah, aku langsung menarik tangan bapak, lalu kucium tangannya sambil berkata "pak,maaf ya pak, maafin imah, imah banyak salah sama bapak, imah belum bisa mandiri pak, imah masih nyusahin bapak, maafin imah pak ya?" airmataku pun tak tertahan.
"ya imah,bapak juga minta maaf ya kalau bapak gak bisa bahagiakan kamu, kasih kamu pendidikan yang terbaik,uang yang banyak" ucap bapak dengan suara lembutnya.
"nggak pak,imah yang minta maaf" ucapku.
sampai akhirnya aku melanjutkann maaf-maafan dengan mamak dan kakak perempuanku.
Setelah acara maaf-maafan kami makan bersama-sama. Tak ada rendang,kua opor, dan ketupat dimeja makan,Sama seperti tahun-tahun sebelumnya,sayur nangka dimasak dengan santan ditambah telur goreng sudah istimewa bagi keluarga kami.
"makanlah imah,makan yang banyak biar kau tak kurus. Kuliahmu kan susah,banyak tugas. Nah makanlah imah" ujar bapak sambil menaruh telur dadar kesukaanku kedam piring didepanku.
"iya pak,bapak juga harus makan yang banyak, biar tetap sehat,dan nanti bisa menyaksikan imah memakai toga dan jadi sarjana muda pak" tak tahan lagi aku,aku memang mudah sekali menangis,tak bisa kutahan lagi.
"sudah kita makan dulu,habis itu baru cerita lagi" ucap mamak,yang ada di samping bapak.
Kamipun melanjutkan makan bersama hari itu,dalam hati aku berucap "Tuhan,terimah kasih karena rezeki yang kau limpahkan pada keluarga kami,kau beri aku orang tua yang begitu menyayangi anak-anaknya"
Setelah selesai makan, kami melanjutkan kegiatan dengan santai-santai diruang tamu, sembari menunggu tetangga dan kerabat yang akan berkunjung kerumah. Bapak duduk dikursi sambil menonton berita di tv, maklum bapakku senang sekali menonton berita. Aku duduk tak jauh dari bapak sambil memegang hp yang terus berdering karena pesan ucapan maaf dari kawan-kawanku. Kulihat wajah bapak,sesekali aku menatapnya dalam-dalam. Bapak tak muda lagi sekarang, kulitnya sudah mulai keriput, nafasnya sudah terengal-engal. Kasihan bapak, harusnya ia tak lagi bekerja,hanya perlu istirahat saja dirumah."ucapku dalam hati sambil memandang wajah bapak".
Tiba-tiba bapak mengambil remote tv yang ada di meja, mungkin bapak ingin mmengganti channel tv,d an tak sengaja aku melihat baju bapak yang bolong."Ya Allah pak,dihari lebaran pun, kau rela mengenakan baju itu, sementara hari ini aku memakai baju baru." Aku tak tahan melihatnya, aku langsung beranjak menuju kamarku, aku menangis sambil menutup mulutku karena takut bapak dengar.
"maaf pak,maafin imah pak,maaf........."
maaf itu terus terucap dari mulutku,a ku sangat merasa bersalah karena baju baru yang aku kenakan hari itu,sementara aku menyaksikan bapak sendiri pakai baju yang sudah bolong hari itu. Bahkan sampai hari ini setiap kali aku mengingat itu aku tetap saja tak mampu menahan air mataku.
Imah janji pak,imah akan ganti baju bapak, takkan imah biarkan bapak pakai baju itu lagi. Imah janji imah akan belikan bapak baju baru untuk lebaran tahun depan. Do'akan selalu imah pak, semoga imah banyak rezeki dan cepat mandiri sedini mungkin. Sehingga lebaran nanti kita semua pakai baju baru, sayur nangka diganti opor ayam, telur dadar diganti rendang sehingga kebahagian keluarga kita semakin utuh.Meski tanpa semua itupun,kita semua sudah bahagia dan bersukur dengan apa yang ada.
Sekali lagi,imah minta maaf pak.........
Dari :Fatimah
Untuk:Bapak dirumah
Komentar
Posting Komentar